Teknologi telah berkembang begitu pesat. Banyak orang, lembaga, maupun industry sangat terbantu dengan kemajuan teknologi yang kian memudahkan pekerjaan mereka. Namun amat disayangkan, pemanfaatan Teknologi Informasi (TI) di kalangan gereja tidak berbanding lurus dengan manfaat yang dirasakan oleh dunia sekuler. Visi optimalisasi TI sebagai alat untuk memajukan pekerjaan Tuhan ini ditangkap oleh Narni Wang, Pendiri dan Ketua IT Ministry sejak tahun 1995, tepatnya ketika mengikuti Kemnas Perkantas, 17 tahun lalu.
Memang bukan soal mudah mewujudkan visi itu. Ada proses panjang yang harus ditempuh oleh Narni, termasuk proses menelusuri bagaimana Tuhan memberi kejelasan visi lewat peneguhan banyak Hamba Tuhan dan misionaris. Juga melalui perbincangan dengan banyak lembaga misi lain yang notabene menyatakan bahwa pelayanan TI itu sangat dibutuhkan. “namun berjalannya waktu memang belum terlalu jelas, bentuknya akan seperti apa… Beberapa Hamba Tuhan juga menguatkan, bahwa TI itu diperlukan di ladang pelayanan”, terang mantan karyawan di sebuah industri pembuatan software ini.
Di tahun 2002 visi itu coba diwujudkan oleh Narni dan Suami, sekembalinya mereka dari Amerika. Beban untuk memulai pelayanan TI di Indonesia ini tak lain adalah kerinduan alumni Universitas Bina Nusantara angkatan 1991 ini, agar mereka yang mengerti dunia TI, dan mengerti manfaat TI, dapat mengaktualisasi ilmu mereka bagi pelayanan. “Jadi mereka bisa mengintegrasikan antara iman, ilmu dan pelayanan mereka”.
Lagi-lagi apa yang dimimpikan belum berjalan mulus, banyak kendala dan persoalan yang dihadapi. Tahun 2002 sampai 2006 misalnya, menjadi masa-masa perjuangan dalam mensharingkan visi agar bisa ditangkap oleh para pegiat TI. Masa itu memang belum banyak orang maupun lembaga yang tahu dan mengenal apa itu IT Ministry. Namun visi yang terus dihidupi dan jalani itu tidaklah sia-sia, tepatnya di tahun 2007 ada progress mengejutkan yang patut disyukuri. “2007 adalah masa di mana banyak sekali rekan-rekan yang mau menjadi aktivis, dan bahkan tetap bertahan sampai sekarang. Sejak saat itu mereka terpanggil dan setia,” jelas Narni. Sekarang mensharingkan pelayanan juga menjadi lebih mudah. Sebab orang sudah mendengar dan mengenal komunitas Teknologi Informasi (TI) kristiani ini. Banyak project-project yang lebih real dikerjakan.
Di masa sekarang ini, menurut Narni, IT Ministry lebih dituntut untuk memberikan kontribusi nyata. Sama seperti yang sudah lembaga nirlaba ini buat untuk beberapa lembaga pelayanan dan kesehatan lain. Di Lembaga Pelayanan Perkantas (Persekutuan antar Universitas) misalnya, IT Ministry membangun dan men-setup infrastuktut TI, seperti LAN, Internet, implementasi SMS Server, Web, Hardware maupun Software. Juga memberikan konsultasi, implementasi TI (training & setup) serta system & support. Termasuk membangun database Perkantas secara Nasional.
Tak jauh berbeda dengan yang IT Ministry kerjakan di Lembaga Pelayanan RSUB, Serukam, Kalimantan Barat. Di sana IT Ministry membangun jaringan kerjasama dengan pihak remaja/pemuda gereja GKKB untuk support kebutuhan RSUB. Membangun jaringan network dan konsultasi jarak jauh, berdasarkan kebutuhan TI system di RSUB. Selain itu IT Ministry juga bekerjasama menyelenggarakan mission trip dengan goal: Membangun dan menyempurnakan IT Infrastructure, Migrasi & Implementasi Free Open Source software. Dimulai sejak tahun 2009 hingga saat ini, bekerja sama dengan GKKB dan SMK Immanuel Pontianak. Selain itu masih banyak lembaga-lembaga pelayanan lain yang telah diberkati melalui pelayanan tim dari IT Ministry, seperti Lembaga Pelayanan Yayasan Eunike. Juga tidak sedikit gereja yang merasakan manfaat dari IT Training yang diselenggarakan lembaga interdenominasi tersebut.
Lima Bidang Pelayanan
Sebagai komunitas TI Kristiani yang melayani Tuhan dan sesama melalui dukungan di bidang teknologi informasi, IT Ministry memiliki lima bidang pelayanan yang semuanya memiliki kekhususan peran dan fungsi.
Bidang MISI
Bidang ini dibaratkan sebagai sebuah jembatan bagi kaum professional IT untuk melihat bagaimana korelasi antara IT dengan dunia misi. Melalui MISI, Pegiat IT dipertemukan langsung dengan para misionaris (penginjil) melalui pelayanan mission trip. Mereka melihat langsung kondisi pelayanan, membuka wawasan berpikir dan pelayanan. Tujuan utamanya adalah agar para professional dapat mengintegrasikan antara iman dan ilmu mereka.
Bidang Community Development
Komunitas para IT professional juga dibina di wadah IT Ministry, dalam artian dibukakan wawasan pelayanan mereka, menjadi tempat untuk saling berbagi, saling membangun, termasuk saling menguatkan dari segi teknologi,agar ilmu yang dimiliki terus ter-update. Di Komunitas IT Ministry, untuk memperkuat jejaring dengan orang yang memiliki skill dan beban sama dalam melayani, diadakan fellowship sebulan sekali. Ini juga dimaksudkan untuk membangun soft skill. “Ini penting, karena orang TI lebih sering berhubungan dengan komputer. Supaya bisa imbang, nggak kaku, dan dapat bersosialisasi.” Ujar Narni.
Dua hal terdahulu menjadi keunikan tersendiri bagi komunitas yang memiliki filosofi pelayanan “Sinergi dan Kolaborasi dalam melayani Tuhan” ini.
Membangun Aplikasi Non Profit.
Bagi mereka yang gemar programming, komunitas yang memiliki alamat website www.itministry.org
Ini juga memiliki program untuk membangun aplikasi bagi non profit. Karena itu IT Ministry juga mengundang rekan-rekan kristiani lain yang terbeban untuk bersama-sama membangun pelayanan ini. “Jadi kami biasanya membuat program yang generic, dengan landasan system yang terbuka (open source).” Pemilihan pada open source karena dinilai sangat cocok dengan konteks Indonesia yang tidak terlalu diperlukan teknologi yang terlalu high tech dan semacamnya. “Karena kita tidak perlu secanggih itu. Pemikiran saya sederhana, kalau open source ini bisa dan murah, kenapa tidak?” Bagi Narni, akan jauh lebih bermanfaat dan lebih bijaksana jika dana lembaga-lembaga misi dan gereja yang biasa dialokasikan untuk software dipindahalokasikan untuk yang lain, misal perluasan pelayanan misi dan sebagainya.
IT Support & Service.
Bidang ini banyak membantu lembaga-lembaga pelayanan yang membutuhkan dukungan infra struktur. Namun yang menjadi kendala, seperti disampaikan Narni, umumnya teman-teman yang mengerjakannya adalah orang-orang yang sudah bekerja, karena itu IT Ministry menyiasatinya dengan membuka program internship (magang) bagi para mahasiswa. Dalam hal ini IT ministry menjalin sinergi dengan lembaga lain untuk dapat menempatkan mahasiswa magang. Hal Ini, tidak saja bermanfaat bagi lembaga mitra, tapi juga mahasiswa itu sendiri. Pasalnya, di samping mendapatkan pengalaman langsung sesuai bidangnya, mahasiswa magang juga dapat melayani, mendapat nilai, dan terbuka wawasannya tentang kebutuhan TI di lembaga-lembaga Kristen. Tidak itu saja, tenaga profesional IT ministry juga berkomitmen untuk memberikan mentoring dan pelatihan bagi mahasiswa magang.
Education & Training.
Bidang ini memberikan banyak pengajaran dan informasi kepada para Hamba Tuhan, masyarakat dan jemaat, terkait perlunya mengenal tentang cara berinternet yang sehat, dampak game terhadap sosialisasi anak, dan bagaimana menyikapinya. Terutama sekali adalah edukasi free and open-source software (FOSS) dan manfaatnya bagi gereja dan lembaga pelayanan.
Apa yang dilakukan IT Ministry mungkin tidak secara langsung dapat menjangkau jiwa. Tapi melalui apa yang dikerjakan, dan sistem yang diterapkan, dapat mewujudkan kinerja yang lebih efisien dan efektif pada lembaga pelayanan maupun gereja. Sehingga alokasi waktu, dana, dan energi dapat dipergunakan untuk menjangkau lebih banyak jiwa lagi. Ke depan IT Ministry berencana membuat semacam software yang sifatnya generic dan open source, tak berbayar yang didedikasikan bagi pengembangan pelayanan di gereja maupun lembaga pelayanan secara umum.
Slawi